Namun, ketika ditelisik kembali, banyak golongan yang meragukan dan mempertanyakan keautentikan hadis tersebut. Mereka berasumsi, andaikan setan memang benar-benar dibelenggu saat Ramadan, lantas kenapa maksiat tetap merajalela ketika itu, dan masih banyak orang yang tidak berpuasa. Padahal segala macam maksiat tidak akan lepas dari pengaruh dan tipu daya setan.
Sebelum menjelaskan makna yang tersirat pada hadis di atas, kita harus mengetahui sohih atau tidaknya terlebih dahulu. Adapun ungkapan hadis tersebut, sebagaimana berikut:
إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة وغلقت أبواب النار
وصفدت الشياطين
"Ketika bulan Ramadan tiba, maka akan dibuka pintu-pintu Surga, ditutup pintu-pintu Neraka, dan setan-setan dibelenggu." (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain ditegaskan:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَنَادَى مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وذلك كل ليلة
"ketika awal malam bulan Ramadan setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu Neraka ditutup dan tidak akan pernah dibuka, pintu-pintu Surga dibuka dan tidak akan pernah ditutup, dan seorang pemanggil berseru, wahai pencari kebaikan, majulah, wahai pencari kejahatan, berhentilah, Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadan." (HR. At-Tirmizi, an-Nasai, dan Ibnu Majah).
Kalau dianalisa dari perowi kedua hadis di atas, tidak bisa diragukan lagi kesohihannya. Sebab, Imam Muslim, at-Tirmizi, an-Nasai, dan Ibnu Majah merupakan ulama pakar hadis yang terkemuka di zamannya dan telah diakui kredibelitasnya oleh ulama yang lain.
Namun ulama berselisih dalam mentafsiri ungkapan "terbelenggunya setan" pada hadis tersebut. Menurut pendapat yang dikemukakan Imam al-Halimi, "Yang dimaksud "terbelenggunya setan" pada hadis di muka terdapat dua kemungkinan: Pertama, yang dimaksud setan adalah para pencuri berita dari langit. Dan terbelenggunya mereka hanya terjadi di malam bulan Ramadan, tidak ketika siangnya. Karena, dalam peristiwa Nuzulul Quran (turunnya al-Quran), merekalah yang dicegah untuk mencuri berita-berita langit, lalu dibelenggu, untuk berjaga-jaga. Kedua, setan tidak bisa menggoda umat Islam pada saat itu, seperti yang mereka lakukan di bulan-bulan lain. Karena umat Islam ketika itu disibukkan dengan puasa yang dapat memecahkan syahwah, membaca al-Quran, dan zikir."
Menurut pandangan lain, yang dimaksud setan pada hadis di muka adalah sebagian saja dari mereka yang jelek-jelek. Perspektif ini, juga didukung oleh Imam Ibnu Khuzaimah dalam kitab sohihnya.
Dari sini bisa diketahui, bahwa hadis yang menyatakan setan dibelenggu saat bulan Ramadan dapat dibenarkan autentikasinya. Hanya saja, ulama masih berbeda pendapat dalam menentukan gambaran dibelenggu pada hadis tersebut. Alhasil, jika masih ada yang bermaksiat di bulan Ramadan atau tidak puasa, maka jangan salahkan setannya, melainkan watak aslinya yang menyamai setan.
Keautentikan hadis terkait terbelenggunya setan saat bulan Ramadan
BalasHapus