Sebelum menanggapi kepercayaan di atas, perlu diketahui bahwa orang yang telah meninggal dunia, akan pindah ke alam lain, yakni alam barzakh. Di alam sana meraka bisa mengetahui dan melihat rutinitas keluarganya yang masih hidup. Bahkan, Imam Abu Bakar Syatho, dalam kitab I'anatut Tholibin menegaskan:
وورد أيضا أن ارواح المؤمنين تأتى فى كل ليلة الى سماء الدنيا وتقف بحذاء بيوتها وينادى كل واحد منها بصوت خزين يااهلي واقاربى وولدى يامن سكنوابيوتنا ولبسوا ثيابنا واقتسموا اموالنا هل منكم من أحد يذكرنا ويتفكرنا فى غربتنا ونحن فى سجن طويل وحصن شديد فارحمونا يرحمكم الله. ولاتبخلوا علينا قبل أن تصيروا مثلنا ياعباد الله ان الفضل الذى فى ايديكم كان فى ايدينا وكنا لاتنفق منه فى سبيل الله وحسابه ووباله علينا والمنفعة لغيرنا فان لم تنصرف اى الارواح بشيئ فتنصرف بالحسرة والحرمان
Artinya: "Dalam hadis diceritakan, bahwa arwah orang-orang mukmin pada tiap malam datang ke langit-langit dunia, berhenti di jurusan rumah-rumahnya, dan berseru dengan suara yang mengharukan, “Wahai keluargaku, sanak-saudara, dan anak-anakku. Wahai kau yang mendiami rumah-rumahku, memakai pakaianku, dan membagi-bagi hartaku. Apakah ada di antara kalian yang mengingat dan memikirkanku dalam pengasinganku ini. Aku berada dalam tahanan yang cukup lama dalam benteng yang kuat. Kasihanilah kami, maka Allah akan mengasihanimu. Janganlah kamu semua pelit kepadaku sebelum kamu (berposisi) sepertiku. Wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya apa yang kau miliki sekarang, dulu juga (pernah) aku miliki. Hanya saja dulu aku tidak membelanjakannya di jalan Allah, di mana perhitungan dan bahayanya menimpaku, sedangkan manfaatnya kepada orang lain.” Jika kamu (sanak, saudara dll) tidak memperhatikannya (arwah), maka mereka (arwah-arwah itu) tidak mendapatkan oleh-oleh sesuatupun dan mereka hanya akan mendapatkan penyesalan dan kerugian."
Dari ungkapan hadis di atas, sudah jelas bahwa arwah orang yang sudah meninggal memang bisa menyambangi keluarganya yang masih hidup. Namun, yang sering kali salah kaprah, persepsi mengenai perwujudannya yang menjelma menjadi pocong, kuntilanak, dsb. Sebab, arwah yang datang ke rumah-rumah keluarganya sesuai hadis di muka tidak menjelma apapun, melainkan abstrak tidak terlihat mata. Adapun perwujudan pocong dan kuntilanak yang diyakini oleh orang-orang saat ini, hanyalah ilusi belaka atau jin yang menjelma ahli qubur, untuk menfitnahnya.
Dengan penjelasan di atas, kepercayaan-kepercayaan mengenai arwah gentayangan bisa dibantahkan. Habib Ismail Zain bin Smait, dalam kitab Qurrotul 'Ain berfatwa:
لا ينبغي أن يعتقد مثل هذا، فقد جاء الشرع الحكيم بالنهي عن مثل هذا الإعتقاد. قال صلى الله عليه وسلم: "لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر." رواه البخاري ومسلم
Artinya: "Tidak seyogyanya meyakini seperti ini (arwah gentayangan). Syariat yang bijaksana tidak melegalkan keyakinan seperti ini. Nabi Muhammad bersabda: "Tidak ada ‘Adwa (penyakit menular), tidak ada Thiyaroh (merasa sial), tidak ada Haamah (burung hantu), dan tidak ada sofar (bulan safar)." (HR. Bukhori Muslim)."
Haamah pada zaman Jahiliyah dikenal dengan jenis burung yang diyakini sebagai jelmaan dari arwah orang mati. Burung tersebut akan mengililingi rumahnya dan mendatangi keluarganya saat malam hari. Kemudian Rasulullah melarang kepercayaan semacam itu.
Artikel ini berisi bantahan untuk kepercayaan-kepercayaan tentang arwah yang gentayangan
BalasHapus